Rabu, 29 Desember 2010

BERITA-BERITA




Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam rangka mewujudkan Keunggulan Proses Belajar

Pendidikan berbasis ICT ditandai dengan dimanfaatkannya banyak teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Salah satu bentuknya yang nyata adalah berkembangnya pembelajaran melalui e-learning atau online course. Tersedianya berbagai tools dan opsi untuk synchronous dan asynchronous learning membuat sekolah dan universitas mudah mengadopsi inovasi tersebut. Meskipun tidak sedikit diantara mereka yang bingung memilih. Contoh pemanfaatan asynchronous tools yang telah berkembang saat ini antara lain dalam bentuk forum diskusi online, ujian online, meng-upload dan men-download.

Sedangkan contoh pemanfaatan synchronous presentation tools antara lain melalui audio/video streaming, dan polling. Selain itu masih tersedia teknologi lain yaitu teknologi nirkabel (wireless) dan mobile technologies. Melalui apa yang disebut information superhighway,kini tersedia infrastruktur yang mampu memberikan layanan yang luar biasa kecepatannya. Tersedianya satelit generasi baru dengan orbit bumi yang rendah telah memungkinkan timbulnya frekuensi baru untuk komunikasi terrestrial. Secara wireless pertukaran informasi berupa teks, audio dan video dapat dilakukan dengan mudah.
Singkatnya kini pendidikan berbasis Web atau internet telah menggejala dan dapat dengan mudah Anda ikuti. Meskipun demikian masih banyak orang yang mempertanyakannya. Ada yang optimis dan banyak yang pesimis. Ada yang menemukan ironi bahwa “there is no learning in e-learning” (Bonk, 2004). Marilah kita lihat salah satu hasil kajian yang terkait dengan hal tersebut. Curtis J. Bonk, professor di Indiana University yang telah melakukan berbagai penelitian tentang e-learning sejak 2001,salah satunya dalam laporan bertajuk “Online Teaching in an Online World” mencatat bahwa kini semakin banyak instruktur, guru dan professor yang mempelajari dan menerapkan online teaching. Hal yang menarik pada 2003-2004 kebanyakan mereka adalah wanita (53%).

Keterampilan penting yang mereka pelajari secara online adalah tentang bagaimana memfasilitasi pembelajaran dan bagaimana mengembangkan online course. Kini di Amerika telah berkembang berbagai mitos berkaitan plus minus online learning, tetapi semakin banyak yang menawarkan pembelajaran secara online. Siswa pun semakin menggemari simulasi dan pengalaman virtual di lingkungan virtual, serta menyukai sekaligus terampil memanfaatkan buku elektronik yang disajikan secara hypertext.
Persyaratan terselenggaranya pendidikan berbasis teknologi komunikasi dan informasi (ICT) Pendidikan berbasis ICT dapat terselenggara dengan baik apabila persyaratan yang terkait dengan ketersediaan teknologi, penguasaan pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan content,dukungan policy dan kesiapan masyarakat dipenuhi. Tanpa keempat syarat minimal tersebut dipenuhi mustahil pendidikan semacam itu akan terlaksana


Bakrie Undang Timnas Sarapan di Rumah Ical

Setelah sukses menekuk Filipina di semifinal Piala AFF 2010, timnas Indonesia mendapat sambutan khusus dari sejumlah kalangan. Senin (20/12/2010) pagi, Firman Utina dkk diundang sarapan di rumah Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di Jalan Ki Mangun Sarkoro No. 42, Menteng, Jakarta Pusat.
Sumber Kompas.com mengatakan, acara ini merupakan ramah-tamah antara Ical dan pasukan "Garuda" yang rencananya dimulai pukul 10.00. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid datang sekitar pukul 09.30 dengan baju garis-garis cokelat.
Setelah berbincang sejenak dengan wartawan, Nurdin masuk ke dalam rumah Ical yang bergaya klasik Eropa dan dinding berwarna krem."Kita (PSSI) berterima kasih kepada keluarga Bakrie yang selalu mendukung timnas. Ini murni inisiatif PSSI dan para pemain untuk berterima kasih atas segala dukungan yang diberikan keluarga Bakrie tanpa pamrih," kata Nurdin.
Ikut hadir dalam acara tersebut, antara lain Sekretaria Umum PSSI Nugraha Besoes, Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan Bakrie dan putra Ical, Ardi Bakrie.


Republika OnLine » Dunia Islam » Islam Mancanegara
Ustadz pun Kian Banyak Masuki Kampus-kampus di Amerika Serikat
Ustadz pun Kian Banyak Masuki Kampus-kampus di Amerika Serikat
Universitas Yale
REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK--Kampus-kampus di Amerika Serikat kini mulai tertarik mendatangkan ustadz atau ulama untuk melayani mahasiswanya yang beragama Islam. Pasalnya, sekarang semakin banyak mahasiswa Muslim yang menempuh pendidikan di sana.
Seperti yang terjadi di Universitas Yale. Umar Qadri, mahasiswa di perguruan tinggi itu menceritakan pengalamannya ketika berkuliah di sana. Ketika pertama kali kuliah di kampus itu tiga tahun lalu, dia merasakan prospek kehidupan agama Islam di kampusnya begitu suram.
Qadri prihatin melihat sholat Jumat yang hanya diikuti sekitar dua lusin mahasiswa. Perayaan keagamaan dan kegiatan lintas agama pun sulit digelar tanpa bantuan dari pengelola universitas. Keanggotaan Asosiasi Mahasiswa Muslim (MSA) juga terus berkurang.
Namun, semua itu perlahan mulai berubah. Titik poinnya ketika kampus mendatangkan Omer Bajwa sebagai ustads atau ulama pertama untuk melayani mahasiswa Muslim. Itu dimulai pada 1 Juli 2008. Bajwa merupakan salah satu dari sejumlah ustadz yang terus tumbuh di kampus-kampus di Amerika untuk melayani sekitar 75 ribu mahasiswa Muslim. ''Dia (ustadz) memberikan legitimasi bagi komunitas Muslim di sini,'' ujar Qadri yang mengambil jurusan Bahasa Timur Dekat dan Peradaban Utama.
Bajwa melihat semakin meningkatnya jumlah ustadz di kampus sebagai hasil dari pergeseran dalam susunan masyarakat Muslim Amerika. Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa lebih dari sepertiga dari Muslim Amerika berusia antara 18 dan 29. Dan mereka lebih cenderung untuk kuliah dari kelompok lainnya. Setidaknya 40 persen Muslim Amerika memiliki gelar sarjana, mereka terdiri dari kelompok agama kedua paling terdidik di Amerika Serikat setelah Yahudi Amerika, menurut Gallup 2009, Pusat Studi laporan Muslim.
Imam Yahya Hendi tercatat sebagai ustadz pertama di perguruan tinggi di Amerika yang direkrut pada pertengahan 1999. ''Mempekerjakan ustadz menjadi lebih merupakan praktik normal,'' kata Hendi. ''Untuk memenuhi tuntutan siswa mereka, universitas mulai untuk memastikan bahwa semua masyarakat memiliki akses untuk beribadah di kampus. Jika ingin siswa Anda dilayani dengan baik, Anda harus melayani termasuk secara spiritual.''
Meskipun tidak ada data resmi, setidaknya puluhan lembaga perguruan tinggi mempekerjakan ustadz. ''Ini menjadi sesuatu yang siswa harapkan,'' kata Marcia Hermansen, Direktur Program Studi Dunia Islam di Universitas Loyola Chicago. ''Universitas merupakan tahap yang sangat penting untuk membentuk identitas mahasiswa, dan agama bisa sangat baik untuk mengembangkan sumber daya itu.''
Red: Budi Raharjo
Rep: Arab News


Final Piala AFF 2010
Hari ini, Selasa (28/12/2010), adalah masa penukaran voucher dengan tiket asli laga final AFF Cup 2010. Namun, masih saja banyak permasalahan yang terjadi di setiap loket penukaran. Seperti yang terjadi di loket penukaran tiket Kategori I, di depan Masjid Albina, Jalan Pintu I, Senayan. Para calon penonton ini sudah antre sejak pukul 06.00 WIB. Bahkan petugas keamanan setempat menyebutkan ada sekelompok suporter dari luar kota yang sudah datang dari pukul 03.00 WIB dini hari. Padahal menurut jadwal, loket baru akan dibuka pada pukul 10.00 WIB.

Para calon penonton yang sudah antre sejak pagi ini harus menelan kekecewaan, setelah panitia tidak melayani mereka. Pasalnya, mereka hanya mempunyai kuitansi nota pemesanan, bukan voucher seperti yang sudah ditentukan.

“Saya ikut mengantre pada 23 Desember lalu. Ternyata di antrian ke 600 voucher sudah habis dan kami diberi kuitansi nota pemesanan dengan harga yang sama sebesar Rp200 ribu. Mereka bilang nota pemesanan ini berfungsi sama dengan voucher,” jelas calon penonton, Hariyanto (35), pria asal Solo yang menetap di Palmerah Jakarta. Hariyanto bersama sekitar 400 calon penonton lainnya sudah mengantre sejak pagi. Ternyata setelah loket dibuka pada pukul 09.00 WIB, panitia tidak melayani mereka dengan alasan mendahulukan yang memiliki voucher.“Kami meminta pertanggungjawaban dari panitia. Ini menunjukan ketidakbecusan PSSI dalam mengelola tiket. Saya tidak mempermasalahkan uang, tapi tanggung jawab PSSI,” tegas Hariyanto. Saat ini antrian di penukaran tiket Kategori I sudah mengular mencapai depan pintu masuk Istora Senayan. Lalu lintas di jalan Pintu I sudah tersendat, tapi para pengantre masih berbaris di trotoar.


Republika OnLine » Dunia Islam » Islam Nusantara
Kesejahteraan Guru Madrasah Swasta dan Ustadz Memprihatinkan
REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA--Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur (Jatim), Zainuddin Maliki, mengaku prihatin dengan kondisi ribuan guru madrasah swasta dan ustadz yang mengajar di pondok pesantren (ponpes) di Jatim.
Dari penelusurannya, guru madin maupun ponpes tak mendapat perhatian dari pemerintah sama sekali. Itu terlihat dari besaran pendapatan yang diterima dikisaran ratusan ribu rupiah per bulan atau jauh di bawah upah minimum regional (UMR) setempat.
“Pendapatan guru madrasah swasta dan ustadz sangat memprihatinkan. Mereka bekerja secara ikhlas, namun tak mendapat perhatian dari pemerintah,” ujar Zainuddin usai diskusi bertajuk ‘Evaluasi Pendidikan 2010’ di Gedung Dinas Pendidikan (Dindik)  Jatim, Jalan Gentengkali, Surabaya, Selasa (28/12).
Menurut Zainuddin, kondisi mengenaskan itu harus segera diakhiri jika ingin pendidikan di Jatim terus meningkat. Sayangnya, sambung Zainuddin, komitmen pemerintah untuk memajukan pendidikan dengan cara meningkatkan pendapatan guru madrasah dan ustadz masih kurang. Padahal, katanya, mereka bekerja dengan penuh dedikasi untuk mencerdaskan para siswanya dengan mengajarkan pendidikan akhlak disamping pendidikan umum.
“Guru harus diberi kesejahteraan bagus. Tiru Malaysia, dengan mengalokasikan dana tambahan di gaji yang diterimanya, meski bekerja di swasta. Jika tidak, akan banyak pengajar berstatus guru tidak tetap alias mencari obyekan di tempat lain,” terang Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya tersebut.
Meski begitu, Zainuddin juga mengkritik kinerja tenaga pengajar tersebut yang kadang cara mengajarnya masih teacher oriented, bukan student center learning. Hal itu dinilai Zainuddin membuat kualitas pendidikan di madrasah swasta dan ponpes semakin tertinggal dibanding pendidikan formal.
“Tapi, kita tak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada tenaga pengajar yang bersangkutan. Disinilah dibutuhkan peran dan perhatian lebih pemerintah untuk mengupayakan pendidikan di madrasah swasta dan ponpes bisa meningkat,” katanya.
Kepala Dindik Jatim, Harun, mengatakan berkomitmen meningkatkan pendidikan madrasah dan ponpes di Jatim. Harun menyebut program pemberian intensif kepada para ustadz sebesar Rp 300 ribu per bulan. “Kami juga memberi intensif sebanyak Rp 15 ribu kepada siswa ula (SD), serta siswa wustho dan ulya (SMP dan SMA) sebanyak Rp 25 ribu. Itu bentuk kepedulian dan apresiasi untuk membantu peningkatan mutu pendidikan,” tukas mantan kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jatim tersebut.
Harun mengaku tak mudah meningkatkan pendidikan dengan cara cepat. Namun, ia menegaskan sudah bekerjasama dengan stakeholder guna membentuk sinergi untuk meningkatkan kepedulian terhadap kondisi madrasah dan ponpes di Jatim. “Jatim menjadi provinsi pertama yang memberikan intensif kepada tenaga pengajar di madrasah dan ponpes. Karena jumlahnya banyak peningkatan kualitas akan dirasakan secara bertahap,” kata Harun.
Red: Krisman Purwoko
Rep: erik pp


Tidak ada komentar:

Posting Komentar